Ust. Fathuddin Ja’far
*Fakta Sejarah dan Kenyataan Lapangan*.
Agar kita memahami bahwa Yahudi yang menjajah Palestina sejak 1948 sudah berada di ambang kehancuran, karena sedang menghadapi makar Allah, mari kita ingat kembali beberapa fakta sejarah dan kenyataan lapangan sejak 1967 sampai Topan Al-Aqsha, 7 Oktober 2023.
Fakta sejarah dan kenyataan lapangan tersebut menjadi suatu rangkaian sejarah menuju kemenangan umat Islam Palestina sebagai permulaan kemenangan umat Islam global akhir zaman.
Fakta-fakta dan kenyataan lapangan tersebut tersusun rapi dan tumbuh berkembang bagaikan pohon yang semakin waktu semakin besar, tinggi dan kuat.
I. 1967, semua wilayah Palestina dijajah Yahudi.
Sekitar dua tahun sebelumnya, 1965, gerakan Islam, Ikhwanul Muslimin di Mesir yang getol memperjuangkan nasib Palestina dihabisi Presiden Mesir Gamal Abdul Nasir dan begitu juga di Suriah, Irak dan Jordania.
Ditemukan data/bukti bahwa para pemimpin negara tesebut, khususnya Mesir menghabisi Ikhwanul Muslimin berdasarkan perintah Amerika Serikat, karena para pemimpin Amerika sudah menjadi budak Zionis. Sebab itu, mereka sangat takut pada gerakan Ikhwanul Muslimin sampai detik ini.
Setahun kemudian, 1966 banyak tokohnya dihukum mati dengan berbagai tuduhan seperti Sayyid Qutb, Ahmad Firghali, Abdul Fattah Ismail dan lainnya.
Ribuan aktivisnya dipenjarakan, disiksa dengan sangat keji, biadab dan banyak yang dihukum penjara seumur hidup, hanya karena mereka berdakwah dan ingin masyarakat Muslim Mesir dan masyarakat Muslim lainnya kembali kepada sistem Islam dalam semua lapangan kehidupan.
Akhirnya, perjuangan kemerdekaan Palestina seakan sunyi senyap bagaikan ditelan bumi.
Di Palestina sendiri tidak kalah hancurnya. Asy-Syahid, Syekh Abdullah Azzam pernah mengatakan : *Saat Mujahidin melawan Yahudi 1967, kebanyakan orang Palestina sudah terpapar pemikiran komunisme. Setiap kami membuka pintu toko yang dimiliki penduduk Palestina, pasti ditemukan foto Lenin dipajang di dindingnya*.
Yahudi benar-benar menghancurkan masyarakat Palestina bukan hanya dengan senjata dan kekerasan, tapi yang lebih berat adalah merusak pemikiran, mental dan akhlak mereka melalui penyebaran paham sekularisme dan komunisme, narkoba dan pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan.
Selain itu, hampir semua faksi perjuangan kemerdekaan Palestina seperti Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang dipimpin Yaser Arafat sampai ia mati tahun 2004, kemudian dipimpin pewarisnya, Mahmud Abbas sampai saat ini, berhasil dibujuk rayu Zionis Yahudi menjadi organisasi yang menyimpang dari idealisme awal didirikan sehingga mengalami disorientasi.
Hampir semua petinggi dan anggota PLO berasal dari Harokah Fatah yang terbentuk pertama kali tahun 1948 di Kuwait dengan misi memerdekakan Palestina.
Mereka merubah landasan, cara dan arah perjuangan kemerdekaan Palestina dari agama menjadi sosialis- nasionalis, perjuangan bersenjata menjadi politik, dari kemerdekaan menjadi berdamai dengan Yahudi penjajah dan dari *berjihad fi sabilillah* menjadi pragmatis duniawi.
Hasilnya dapat dilihat bawa mereka setia mengikuti irama genderang Zionis Yahudi global.
II. Melihat kondisi tersebut, Asy-Syahid Ahmad Yasin, seorang ulama jebolan Al-Azhar, Mesir dan beberapa sahabatnya membangun kembali dakwah di Gaza dengan menerapkan konsep Dakwah Ikhwanul Muslimin.
Mereka berdakwah dan mentarbiyah masyarakat Palestina, khususnya anak-anak dan generasi muda Gaza dalam semua aspek kehidupan, termasuk Jihad fi sabilillah, dengan memanfaatkan masjid sebagai pusat pembinaan dan kaderisasi.
III. 10 Desember 1987, 20 tahun kemudian, Syekh Ahmad Yasin, rahimahullah, mendirikan gerakan perlawanan dengan nama *Harokah Al-Muqawamah Al-Islamiyah* (Gerakan Perlawanan Islam), yang disingkat dengan *حماس/Hamas*, bersama DR. Abdul Aziz Arrantisi dan Syekh Mahmud Azzahhar dan lainnya.
Hamas didirikan sebagai wadah dakwah penyadaran masyarakat dan perjuangan kemerdekaan Palestina.
Di bulan dan tahun tahun yang sama, Desember 1987, Hamas mendeklarasikan *intifadhah*, yakni perlawanan terhadap penjajahan Yahudi, khususnya di Gaza.
Anggotanya, anak-anak dan ibu-ibu mulai menyerang tentara Israel yang berpatroli di jalan-jalan Gaza dengan batu, ketapel dan apa saja yang mereka miliki, tanpa takut sedikitpun, kendati yang dilawan pasukan tempur yang dilengkapi dengan berbagai senjata canggih dan kendaraan lapis baja dan tank.
Saat *Intifadhah* dimulai, tidak sedikit masyarakat Palestina, dan umat Islam di dunia pesimis dan meyakini tidak akan berkembang besar serta dengan mudah dilalap pasukan Israel yang sangat kuat dan dilengkapi dengan senjata canggih.
Pemahaman seperti ini jelas akibat mayoritas umat Islam Palestina dan negeri Islam lainnya sedang terpapar virus *Al-Wahn/Cinta dunia dan takut mati*.
Ternyata fakta di lapangan bicara lain. Dengan pertolongan Allah, *Intifadhah* berkembang cepat dan dahsyat secara kualitas dan kuantitas.
IV. Melihat perkembangan *intifadhah* yang semakin hari semakin kuat dan mendapat dukung luas bukan hanya dari penduduk Gaza, tapi juga meluas ke wilayah lain, khususnya Tepi Barat yang berpenduduk 3.5 juta jiwa, Israel mulai ketakutan dan khawatir suatu hari Yahudi dapat dikalahkan dan diusir dari Palestina.
V. Pemerintah Israelpun menyusun siasat makarnya yang saat itu dipimpin Yitzhak Rabin.
Sejak 1990, pemerintah Israel dengan Yaser Arafat, pemimpin PLO melakukan berkali-kali pertemuan rahasia di Oslo, ibu kota Norwegia untuk mencari solusi bagaimana gerakan *Intifadhah* dapat diberangus di Gaza dan tidak menjalar ke wilayah Palestina lainnya.
Akhirnya, 13 September 1993, perjanjian atara Israel dan PLO ditanda tangani di Amerika di hadapan Presiden Bil Clinton. Dari pihak Israel diwakili Shimon Peres dan dari PLO adalah Yaser Arafat.
Kendati ditanda tangani di AS, namun perjanjian tersebut terkenal dengan *Perjanjian Oslo*.
Di antara isi perjanjian Oslo yang kemudian diakui PBB dan negara Barat serta lainnya adalah :
1. PLO mengakui keabsahan negara Israel di atas sekitar 77,6% bumi Palestina. Sedangkan Israel mengakui keberadaan PLO dan satu-satunya lembaga yang merepresentasikan masyarakat Palestina.
2. Israel setuju mendirikan pemerintah otonomi Palestina dengan wilayah Tepi Barat; 21% dari total wilayah Palestina dan Gaza; 1.3% dari total wilayah Palestina. Sedangkan Pemimpinnya adalah Yaser Arafat.
3. Pemerintahan (Boneka) Palestina hanya mengurusi urusan dalam negeri, sedangkan terkait keamanan dan ancaman serangan dari luar menjadi tanggung jawab Israel.
Artinya, Pemerintahan Otonomi Palestina hanya dibolehkan membentuk institusi keamanan setingkat Satpol PP dan tidak boleh memiliki angkatan bersenjata (militer).
4. PLO harus berupaya maksimal memerangi gerakan terorisme. Tentu yang dimaksud adalah Hamas yang memiliki sayap militer dengan nama *Brigade Izzuddin Al-Qassam* dan beberapa gerakan perlawanan Palestina lainnya seperti, Gerakan Jihad Islam.
VI. 2005, Israel memutuskan untuk menarik pasukan bersenjatanya dari Gaza. Tentu kesempatan emas bagi Hamas untuk mengembangkan kekuatan dakwah dan jihadnya. Ini yang tidak terfikir Israel dan PLO saat itu.
VII. Tahun 2006 Pemerintahan Otonomi Palestina mengadakan Pemilu pertama, atas arahan Yahudi/Israel. Mereka meyakini akan menang dalam pemilu tersebut.
Qadarullah, Hamas memenangkan lebih dari 60% suara di Gaza dan Tepi Barat.
Akhirnya Asy-Syahid Ismael Haniye, salah seorang pemimpin Hamas yang dituduh teroris oleh Israel, AS dan negara-negara Barat, terpilih dan diangkat menjadi PM.
Apa yang terjadi? Israel, PLO dan negara-negara pendukung setia Israel pusing 7 keliling. Mereka melancarkan siasat busuk untuk menggulingkan Ismael Haniye dan membubarkan pemerintahan bentukannya.
Tercatat dalam sejarah bahwa Ismael Haniye, rahimahullah, menjadi PM Palestina selama 11 bulan dan 18 hari, dari 27 Maret 2006 sampai 17 Maret 2007.
VIII. Menghadapi makar Yahudi dan pengkhianatan PLO/Fatah tersebut, Hamas mengambil sikap tegas dan keputusan yang sangat berani serta penuh perhitungan. Lalu Hamas mengusir semua kekuatan PLO dan Fatah dari Gaza dari 10 sampai 15 Juli 2007.
Sejak saat itu, sampai saat ini, Gaza di bawah pemerintahan Hamas, kendati tidak ada satu negarapun di dunia yang mengakuinya. Faktanya, Gaza adalah negara terkecil dan terkuat di dunia saat ini.
IX. Sejak Hamas menguasai Gaza 100%, Israel semakin mati ketakutan. Untuk menyelamatkan diri dari kehancuran, Israel menempuh berbagai cara biadab untuk menghancurkan Hamas dan penduduk Gaza yang berjumlah sekitar 2 juta jiwa. Di antaranya :
1. Menjadikan Gaza penjara terbesar di dunia, seluas 360km persegi, dengan membangun tembok tebal dan tinggi yang memisahkan Gaza dengan wilayah Palestina berbatasan dengan Gaza yang diduduki Israel, atau disebut dengan *Ghilaf Gaza*. Mesirpun ikut-ikutan membangun tembok pemisah sepanjang perbatasan dengan Rafah.
2. Memburu para pemimpin Hamas dengan menangkap, memenjarakan dan membunuh mereka, baik yang berada di Gaza maupun di luar negeri. Cara ini dilakukan Israel sejak sebelum Hamas menguasai Gaza.
Sudah tak terhitung jumlah para pemimpin Hamas yang ditangkap dan dipenjarakan dan yang berhasil dibunuh Israel.
Di antara top pemimpin Hamas yang berhasil mereka bunuh sehingga meraih gelar *Syahid* yang mereka rindukan ialah :
Shalah Syahadah tahun 2002, Ibrahim Al-Muqadimah 2003, Syeh Ahmad Yasin, dan DR. Abdul Aziz Arrantisi pendiri Hamas 2004, Said Shiyam dan Nizar Rayyan 2009, Ismael Haniye, wakilnya Al-Arouri dan Yahya Assinwar 2024, Muhammad Adh-Dheif 2025, keduanya adalah arsitek serangan yang merubah peta dunia yang dinamakan Hamas *Topan Al-Aqsha* 7 Oktober 2023.
Yang menakjubkan ialah, kaderisasi Hamas dalam membangun kader dan pemimpin sangat canggih dan sukses sehingga seperti pepatah, *patah satu tumbuh seribu*.
3. Serangan Israel Atas Gaza
Berikut catatan sejarah Israel menyerang Gaza dengan brutal sejak Hamas menguasai Gaza 2007 sampai Januari 2025.
Targetnya, Israel sangat bernafsu untuk menghancurkan Hamas dan gerakan perlawanan lainnya agar dapat menduduki Gaza kembali dan diserahkan ke Pemerintahan *Boneka* Palestina yang dipimpin Mahmud Abbas.
Karena tidak kunjung berhasil, Donald Trump yang gila kekuasaan, punya proposal untuk menduduki Gaza. Lalu dijawab Hamas : *Setiap negara yang berani mengusik Gaza, kami akan perlakukan seperti kami memperlakukan Israel*. Sepertinya Donald Trump tutup mulut.
Fakta di lapangan bicara lagi, semakin hari Hamas dan gerakan perlawanan lainnya malah semakin kuat dan eksis.
1. Sebelum menyerang Gaza, Israel memblokade semua akses masuk ke Gaza sejak 2007, termasuk Rafah, perbatasan Gaza dengan Mesir.
Ini bukti nyata pemimpin Mesir sudah jadi atau berpihak kepada Zionis Yahudi. Kecuali Muhammad Mursi, rahimahullah, menjadi Presiden Mesir ke 5 dari 24 Juni 2012 sampai ia dikudeta Assisi yang pro Zionis, 3 Juli 2013 dan kemudian dipenjarakan sampai wafat di penjara 17 Juli 2019.
Selama Mursi menjadi Presiden, pintu perbatasan Mesir-Rafah terbuka 24 jam. Inilah yang membuat Zionis ketakutan sampai merancang skenario kudeta yang dijalankan Assisi 3 Juli 2013.
2. 27/12/2008 – 18/1/2009. Israel menyerang Gaza menggunakan senjata terlarang seperti bom fosfor. Akibatnya, sekitar 1.340 warga Palestina syahid, di antaranya 400 anak-anak, 230 wanita dan 134 polisi. Yang luka-luka sekitar 5.400 warga Gaza dan bangunan yang hancur total dan rusak sekitar 10.000 bangunan.
Di pihak Israel, terbunuh 13 orang, 10 dari kalangan militer dan terluka sekitar 300 orang.
3. Tahun 2012, Israel melancarkan serangan lagi ke Gaza selama 8 hari, 14 – 21/11/2012.
Target utamanya menghancurkan tempat-tempat penyimpanan senjata Hamas dan membunuh para pemimpinnya. Di antara yang syahid adalah Ahmad Al-Ja’bari, salah seorang komandan Brigade Izzuddin Al-Qassam.
Dari penduduk Gaza, syahid 180 orang, di antaranya 42 anak-anak dan 11 wanita. Yang terluka 1.300 orang. Sedangkan dari pihak Israel, terbunuh 20 orang dan luka-luka 625 orang.
Dalam perang selama 8 hari itu, Hamas meluncurkan 1.500 roket, di antaranya ada yang menjangkau sejauh 80 km dengan sasaran Tel Aviv. Pihak Israel mengakui kerugian materil lebih dari satu milyar dolar AS.
4. 7 Juli 2014, Israel melancarkan serangan ke Gaza dan berlanjut selama 51 hari non stop, siang dan malam dan menjatuhkan sebanyak 60.000 ton bom berdaya ledak tinggi.
Sebelumnya, Israel berhasil membunuh 6 anggota Hamas yang dituduh dalang penculikan dan pembunuhan 3 orang pemukim haram Yahudi di Tepi Barat. Padahal menurut Hamas, penculikan tersebut dilakukan masyarakat akibat beberapa pemukim haram Yahudi itu menculik dan menyiksa seorang anak Palestina sampai mati yang bernama Muhamad Abu Khudhair.
Target utama Israel kali ini ialah menghancurkan terowongan Hamas yang menurut PM Netanyahu, sebagian terowongan sudah sampai ke wilayah perbatasan Israel dengan Gaza.
Serangan Israel kali ini menyebabkan 2.323 penduduk Gaza syahid, 11.000 luka-luka dan pasukan Israel membantai 144 keluarga.
Sedangkan dari pihak Israel, 68 tentara meninggal, 4 penduduk, satu pekerja asing, 2.552 terluka, 740 dari mereka adalah militer.
Dalam perang kali ini, Brigade Izzuddin Al-Qassam meluncurkan lebih 8.000 roket yang sebagiannya menjangkau kota Haifa, Tel Aviv dan Al-Quds sehingga menyebabkan penerbangan dari dan menuju Airport Ben Gorion Tel Aviv terhenti.
Pesawat drone Hamas juga sempat menyusup sejauh 30km ke dalam wilayah jajahan Israel dan menawan prajurit Israel bernama Shaul Aron.
5. Di subuh hari 12 Nopember 2019, masyarakat Gaza dikagetkan dengan serangan udara Israel atas sebuah apartemen dengan target Komandan Brigade Saroya Al-Quds, sayap militer Gerakan Jihad Islam yang bernama Baha Abul Atho, sehingga Beliau syahid bersama istrinya.
Brigade Saroya Al-Quds membalas serangan Israel tersebut dengan meluncurkan ratusan roket ke Arah wilayah penjajah Israel dalam beberapa hari.
Serangan Israel kali ini menyebabkan syahid 100 orang penduduk Gaza, sebagian mereka anggota Saroya Al-Quds dan masyarakat sipil lainnya.
6. 10 – 21 Mei 2021. Penyebab perang kali ini ialah pasukan Israel menodai Masjid Aqsha. Lalu Hamas mengeluarkan peringatan keras melalui rekaman suara Muhammad Adh-Dheif, Komandan Brigade Izzuddin Al-Qassam, agar pasukan Israel segera keluar dari Masjid Aqsha dan kelurahan Syekh Aljarrar.
Karena Israel tidak mengindahkan peringatan tersebut sampai waktu yang diberikan, maka Hamas melakukan serangan udara ke wilayah Palestina yang dijajah Yahudi. 4.000 roket lebih diluncurkan Hamas dan sebagiannya memiliki jangkauan 250 km.
Targetnya, Airport Ramon dan wilayah strategis lainnya. 12 Israel terbunuh dan 330 lainnya terluka.
Di pihak Gaza, syahid 250 dan lebih 5.000 terluka dan beberapa bangunan apartemen dan kantor hancur akibat serangan udara Israel.
7. Israel mengklaim serangannya 5 – 7 Agustus 2022, bertujuan menghancurkan Gerakan Jihad Islam, khususnya Brigade Saroya Al-Quds.
Sebelumnya, Israel menangkap Bassam Assa’di, tokoh Gerakan Jihad Islam di Jenin, wilayah Tepi Barat.
Dalam serangan dua hari tersebut, penduduk Gaza syahid 48, di antaranya 16 anak-anak dan 4 wanita, sedangkan yang luka sebanyak 360 orang. Dalam serangan tersebut, dua komandan Brigade Saroya Al-Quds syahid yaitu, Taisir Alja’bari dan Khalid Manshur.
Brigade Saroya Al-Quds pun melancarkan serangan dengan ratusan roket ke berbagai wilayah Palestina yang dijajah Israel, seperti Tel Aviv, Airport Ben Gorion, Ashdod, Beersheba, Asqalan (Ashkelon), Sderot dan lainnya.
8. Topan Al-Aqsha.
7 Oktober 2023.
Sekitar 1.500 pasukan elite Brigade Izzuddin Al-Qassam melancarkan serangan udara, darat dan laut dalam waktu bersamaan dengan sandi *Topan Al-Aqsha* dan berhasil menduduki 8 titik strategis di wilayah Palestina yang dijajah Israel, termasuk pusat komando militer.
Alasan Hamas melancarkan serangan *Topan Al-Aqsha*, karena Yahudi melakukan pelecehan atas Masjid Aqsha dan pemukim haram Yahudi sering melakukan tindakan kriminal terhadap penduduk Palestina di Al-Quds dan Tepi Barat.
Dalam operasi militer super kilat yang menggempar dunia dan sekaligus merubah peta dunia itu, tak kurang dari 1.200 Israel meninggal, 3.000 lainnya terluka dan 250 ditawan termasuk di dalamnya tentara Israel.
Dalam waktu 20 menit pada hari pertama Topan Al-Aqsha, Hamas juga meluncurkan lebih 5.000 roket ke beberapa titik vital Israel seperti Airport Ben Gorion, Tel Aviv dan lainnya.
Kemudian, Israel yang didukung full AS, Inggris Perancis, Jerman dan seterusnya, melancarkan serangan udara dan darat secara besar-besaran, siang dan malam, terhadap Gaza selama 15 bulan sempai terjadi kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas 15 Januari 2025 dan direalisasikan 19 Januari 2025.
Akibat serangan tersebut, lebih 60.000 penduduk Gaza syahid, 70% adalah wanita dan anak-anak, sekitar 100.000 luka, diperkirakan lebih 5.000 syahid berada dalam reruntuhan bangunan, 5.000 lebih penduduk Gaza ditangkap, disiksa dan dipenjarakan, 2 juta penduduk Gaza mengungsi ke wilayah yang aman, ratusan tenaga medis, wartawan dan aktivis kemanusiaan lainnya meninggal, dan lebih 85% bangunan dan infrastruktur Gaza hancur total.
Secara kasat mata terlihat Israel menang dan Mujahidin dan masyarkat Gaza kalah. Faktanya, Israel lah yang kalah dengan bukti :
1. Israel terpaksa mengadakan gencatan senjata dengan Hamas sesuai yang diinginkan Hamas.
2. Satupun tawanan Yahudi yang ditawan Brigade Izzuddin Al-Qassam dan Brigade Saroya Al-Quds tidak bisa dibebaskan Israel kecuali melalui perundingan damai dengan Hamas sesuai jumlah dan skedul yang ditentukan Hamas.
3. Israel gagal total menghancurkan Hamas, Gerakan Jihad Islam dan organisasi perjuangan lainnya di Gaza. Bahkan kemampuan perang mereka semakin canggih, pengaruh mereka semakin kuat, dukungan penduduk Palestina di seluruh wilayah Palestina semakin luas. Begitu juga dukungan masyarakat Muslim dunia dan berbagai negara di Dunia seperti Afrika Selatan dan lainnya. Jutaan umat Muslim dunia siap berjihad membebaskan semua wilayah Palestina dari penjajah Zionis Yahudi.
4. Israel gagal total mengusir 2 juta penduduk Gaza ke luar Gaza seperti Mesir dan Jordania, sebagaimana yang digembar gemborkan Netanyahu dan Donald Trump.
5. Sampai detik ini, Israel gagal mengusir Hamas dari Gaza dan melucuti senjata mereka serta menyerahkan Gaza ke pemerintahan boneka Mahmud Abbas.
6. Israel mengalami kerugian yang sangat besar dari segala aspek, belum pernah dialami seumur hidupnya; militer, intelijen, ekonomi, sosial dan bahkan media dan opini publik dunia.
Ternyata klaim memiliki kekuatan militer terkuat di kawasan Timur Tengah dan No.3 di Dunia setelah AS dan Rusia, hanya omong kosong belaka.
Nafsu mendirikan Israel Raya hanya tinggal angan-angan. Gaza yang hanya luasnya 1.3% dari total wilayah Palestina, tidak bisa diduduki sejak tahun 2007 sampai saat ini.
Untuk melukiskan semua aspek kerugian dan kondisi riil negara haram Israel saat ini, setelah serangan Topan Al-Aqsha, 7 Oktober 2023, memerlukan ratusan halaman tulisan.
Namun semua itu dapat dipahami melalui ungkapan Ahmad Manshur, wartawan senior dan pembawa acara program populer Aljazeera, Bila Hudud/Tampa Batas, di bawah ini :
*Tingkat kerugian strategis, militer, ekonomi dan struktural yang diderita Israel setelah Topan Al-Aqsha lebih besar dari yang dibayangkan. Program Zionis secara keseluruhan, berada dalam bahaya besar. Tidak ada seorangpun yang mampu menyelamatkannya. Selama satu dekade kedepan akan terbentuk kawasan dan dunia baru. Negeri Syam (khususnya Palestina dan Suriah), sejak dahulu dan akan tetap menjadi kuburan kaum Imperialis (penjajah) dan Salibis.*
Terkait dengan Hamas, Ahmad Manshur juga mencermati dengan teliti seperti yang Beliau ucapkan :
*Keistimewaan Hamas ialah sebuah Gerakan yang melahirkan kepemimpinan. Sejak pendiri dan pemimpinnya Syekh Ahmad Yasin syahid, sampai Muhammad Adh-Dheif dan sejumlah pemimpin bersamanya, tidak seorangpun melihat adanya kekosongan dalam kepemimpinan, atau penurunan kinerja. Barangkali hanya Hamas satu-satunya pergerakan kemerdekaan di dunia yang memiliki keistimewaan tersebut. Ada banyak faktor. Utamanya, kekuatan manhaj, kesatuan shaf dan kekuatan akidah.*
Kesimpulannya, kita bisa memahami dengan jelas skenario Allah menghancurkan Yahudi yang menjajah Palestina sejak 1948, kendati dunia semuanya berpihak kepada mereka.
Kita juga memahami, Allah berpihak kepada bumi Syam yang Ia berkahi dan penduduknya yang Mukmin yang berjihad di jalan-Nya.
Di sana ada Masjid Aqsha, masjid ke 2 yang dibangun Nabi Adam setelah 40 tahun ia membangun Masjid Haram di Mekkah. Nabi Adam membangun kedua masjid mulia tersebut atas perintah-Nya.
Di sana ada tanah suci umat Islam bernama Baitul Maqdis, waqaf Umar Ibnul Khattab untuk kaum Muslimin.
Kita juga faham cara Allah menjaga bumi Syam dari imperialis Yahudi dan Salibis, yaitu dengan melahirkan para pemimpin besar dan orang-orang beriman yang senantiasa berjihad membela Islam, umat Islam yang tertindas, rumah Allah (Masjid Aqsha dan masjid-masjid lannya) dan tanah suci Islam.
Semakin kuat gerakan Jihad fi sabilillah, pertanda semakin dekat kehancuran Yahudi dan Salibis yang selalu berkolaborasi untuk menjajah dan memerangi umat Islam, termasuk di negeri Syam yang diberkahi Allah.
Apa yang kita saksikan saat ini, seperti yang dikatakan Ahmad Manshur di atas, bahwa program Zionis Yahudi plus Salibis AS dan Eropa sedang dalam bahaya besar dan tak akan ada satupun manusia mampu menyelamatkannya.
Kenapa demikian? Karena pada hakikatnya mereka melawan kehendak dan makar Allah, karena mereka memerangi Allah dan Rasul-Nya, hamba-hamba kekasih-Nya dan menodai bumi yang diberkahi-Nya.
In syaa Allah, umat Islam dan umat lain di dunia yang berakal sehat dan benci kepada kezaliman, tidak akan lama lagi menyaksikan keruntuhan negara haram bernama Israel.
Saat itu pula sebuah negara penjajah Palestina bernama *Israel* akan terhapus dari peta dunia sebagaimana terhapusnya jejak kaum Salibis yang pernah menjajah Palestina dan kawasan Syam lainnya selama 82 tahun. Sejarah akan berulang, hanya pelakunya yang berbeda.
Allah berfirman :
وَمَكَرُوا مَكْرًا وَمَكَرْنَا مَكْرًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
Dan mereka membuat tipu daya, dan Kami pun menyusun tipu daya, sedang mereka tidak menyadari. (QS Surat An-Naml (27) : 50)