wk-media.com – Pengamat politik Saidiman Ahmad melontarkan kritik tajam terhadap Presiden Prabowo atas pernyataannya yang menyamakan pengkritik dengan “anjing.”
“Mungkin hanya dia presiden yang saat ini berkuasa yang menyebut rakyatnya sendiri sebagai anjing,” ujar Saidiman di X @saidiman, Jumat (21/3/2025).
Menurut Saidiman, sebagai seorang pemimpin, Presiden Prabowo seharusnya memahami keluhan rakyat, bukan justru menganggapnya sebagai gangguan.
“Bukannya mencoba memahami keluhan warga, malah menganggap itu sebagai gangguan, dan ini sudah dia katakan berkali-kali,” tukasnya.
Ia juga menekankan bahwa ini bukan kali pertama Presiden Prabowo mengeluarkan pernyataan semacam itu, yang menurutnya tidak pantas bagi seorang kepala negara.
“Semakin hari semakin terlihat dia tidak punya potongan untuk memimpin sebuah bangsa beradab,” cetusnya.
Saidiman menegaskan bahwa rakyat bukanlah anjing dan menilai pernyataan tersebut mencerminkan ketidakmampuan Prabowo dalam memimpin bangsa yang beradab.
“Kami bukan anjing, Tuan Presiden!” tandasnya.
Lebih lanjut, ia menilai bahwa pernyataan tersebut mencerminkan komunikasi yang buruk dari seorang presiden, yang justru terkesan menganggap protes serta kritik terhadap kebijakan pemerintah sebagai gangguan.
“Bahkan sekarang dia menyebut rakyat yang melakukan kontrol itu sebagai anjing. Terlihat sangat tidak terdidik, Tuan Presiden,” pungkasnya.
Kritik ini muncul setelah Presiden Prabowo menyampaikan pernyataan kontroversial saat meresmikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Industropolis Batang.
Dalam acara tersebut, Presiden mengucapkan terima kasih serta apresiasi kepada semua kementerian dan lembaga yang telah berkontribusi dalam peresmian kawasan tersebut.
“Masa depan kita gemilang dan cerah, walaupun ada sedikit usaha-usaha entah dari mana untuk selalu menurunkan semangat dan harapan anak-anak muda kita. Saya tegaskan di sini, itu tidak benar. Kita akan maju terus, biar anjing menggonggong,” tutur Presiden.
Pernyataan tersebut memicu berbagai reaksi di media sosial dan menjadi sorotan publik.
(Sumber selengkapnya: Fajar)