wk-media.com – Pegiat media sosial menyoroti pernyataan Universitas Gadjah Mada (UGM) terkait keaslian ijazah Presiden ke-7 RI, Joko Widodo.
Menurut Bachrum, UGM tidak perlu bersusah payah memberikan penjelasan mengenai hal tersebut.
“UGM ga perlu jungkir balik jelasin ijazah Jokowi asli,” kata Bachrum, dikutip dari unggahannya di X, Senin (24/3/2025).
Ia menilai lebih baik jika Jokowi sendiri yang menunjukkan ijazah aslinya kepada publik agar polemik ini segera berakhir.
“Minta saja Jokowi pamerin ijazah aslinya, undang media dan para ahli, supaya isu ini selesai,” ujarnya.
“Simpel, susah amat sik!” tambahnya.
Sebelumnya, dalam laporan di situs resmi UGM, seorang mantan dosen Universitas Mataram, Rismon Hasiholan Sianipar, meragukan keaslian ijazah dan skripsi Joko Widodo sebagai lulusan UGM.
Rismon mendasarkan klaimnya pada penggunaan font Times New Roman pada lembar pengesahan dan sampul skripsi, yang menurutnya belum tersedia pada era 1980-an hingga 1990-an.
Pernyataan ini memicu perdebatan di kalangan warganet. Ada yang meragukan klaim tersebut, namun tidak sedikit pula yang mempercayai analisis yang diklaim sebagai forensik digital itu.
Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Sigit Sunarta, menyayangkan adanya informasi menyesatkan yang disampaikan oleh Rismon. Ia menilai seorang akademisi seharusnya menyampaikan informasi yang didasarkan pada fakta dan metode penelitian yang valid.
“Kita sangat menyesalkan informasi menyesatkan yang disampaikan oleh seorang dosen yang seharusnya bisa mencerahkan dan mendidik masyarakat dengan informasi yang bermanfaat,” kata Sigit, Jumat (21/3) di Kampus UGM.
Ia menekankan bahwa analisis Rismon seharusnya tidak hanya berfokus pada dokumen milik Joko Widodo saja, tetapi juga membandingkannya dengan ijazah dan skripsi lain yang diterbitkan pada tahun yang sama di Fakultas Kehutanan.
Menanggapi tuduhan penggunaan font Times New Roman, Sigit menjelaskan bahwa pada masa itu sudah banyak mahasiswa yang menggunakan font tersebut atau jenis huruf serupa, terutama untuk mencetak sampul dan lembar pengesahan di tempat percetakan.
Bahkan, di sekitar Kampus UGM sudah terdapat percetakan seperti Prima dan Sanur (yang kini telah tutup) yang melayani pencetakan sampul skripsi.
“Fakta adanya mesin percetakan di Sanur dan Prima juga seharusnya diketahui yang bersangkutan karena yang bersangkutan juga kuliah di UGM,” tegasnya.
(Sumber: Fajar)