WkMedia.com – Pelatih Manchester City, Pep Guardiola, angkat suara terkait perang yang dilancarkan Israel di Gaza. Dalam pidatonya saat menerima gelar doktor kehormatan dari Universitas Manchester, Guardiola menyebut bahwa pembunuhan anak-anak di Gaza adalah sesuatu yang “sangat menyakitkan”.
Komentar tersebut ia sampaikan pada hari Senin saat menerima penghargaan atas kontribusinya terhadap kota Manchester, Inggris utara.
Guardiola mengungkapkan bahwa ia merasa “sangat terganggu” oleh gambar-gambar yang ia lihat, baik dari Ukraina, Sudan, maupun Palestina, khususnya Gaza. Ia juga menyoroti bahwa banyak pemimpin dunia yang tidak mempertimbangkan ketimpangan yang terjadi.
“Sungguh menyakitkan melihat apa yang terjadi di Gaza. Itu melukai seluruh tubuh saya. Dan izinkan saya tegaskan, ini bukan soal ideologi. Bukan soal ‘aku benar’ dan ‘kamu salah’. Ayolah. Ini tentang kecintaan pada hidup, tentang kepedulian terhadap sesama,” ujar pelatih sepak bola tersebut.
Ia menambahkan bahwa ketika orang-orang melihat anak-anak berusia sekitar empat tahun “dibunuh di rumah sakit yang bahkan sudah tidak lagi berfungsi sebagai rumah sakit”, banyak yang mungkin berpikir bahwa itu “bukan urusan kita”.
Guardiola, yang memiliki tiga anak, mengaku bahwa sejak awal perang di Gaza, ia merasa sangat takut saat melihat anak-anaknya sendiri.
Pelatih berusia 54 tahun ini telah meraih enam gelar Liga Inggris bersama Manchester City dan dianggap sebagai salah satu pelatih terhebat sepanjang sejarah sepak bola.
Ia menerima gelar doktor kehormatan di Whitworth Hall dari Rektor Universitas Manchester, Nazir Afzal. Dalam pidatonya, Guardiola juga berbagi cerita yang menurutnya relevan dengan situasi Gaza saat ini.
“Ada sebuah kisah yang selalu saya ingat. Suatu hari, hutan terbakar. Semua hewan ketakutan dan merasa tidak berdaya. Tapi seekor burung kecil terbang bolak-balik… membawa tetes-tetes air dengan paruh kecilnya.”
“Seekor ular menertawainya dan berkata: ‘Kenapa repot-repot? Kamu tidak akan bisa memadamkan api.’”
“Burung itu menjawab: ‘Ya, aku tahu. Tapi aku hanya melakukan bagianku.’”
Menurut Guardiola, burung kecil itu tahu bahwa ia tak akan bisa menghentikan kebakaran, tetapi ia menolak untuk tidak melakukan apa-apa. “Di dunia yang sering kali membuat kita merasa terlalu kecil untuk membuat perubahan, cerita itu mengingatkan saya bahwa kekuatan satu orang bukan soal seberapa besar dampaknya, tapi soal pilihan. Soal hadir. Soal menolak diam atau berpangku tangan saat keadaan sangat membutuhkan.”
Pernyataan Guardiola muncul hanya sehari setelah pasukan Israel mencegat kapal bantuan berbendera Inggris yang berusaha menembus blokade Jalur Gaza.
Kapal yang diberi nama Madleen, dioperasikan oleh Freedom Flotilla Coalition, membawa 12 awak termasuk aktivis iklim asal Swedia, Greta Thunberg. Kapal tersebut berusaha mengirimkan bantuan simbolis berupa makanan bayi dan beras, sekaligus mengangkat kesadaran dunia terhadap krisis kemanusiaan di Gaza.
Menurut data pejabat kesehatan dan pemerintahan Palestina, sejak Oktober 2023, sedikitnya 54.880 warga Palestina telah dibunuh oleh pasukan Israel—termasuk 28.000 perempuan dan anak perempuan.
Dari jumlah korban tersebut, sedikitnya 1.400 adalah tenaga kesehatan, lebih dari 300 adalah pekerja bantuan PBB, dan lebih dari 220 adalah jurnalis.
Sumber: AP News, Aljazeera, dan The Independent