wk-media.com – Mantan Sekretaris BUMN, Said Didu, memberikan sorotan tajam terkait peluncuran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara).
Presiden Prabowo Subianto secara resmi meluncurkan Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, yang disebutnya sebagai instrumen untuk mendukung pembangunan nasional.
Peluncuran ini dilakukan setelah Prabowo menandatangani Undang-undang (UU) Nomor 1 Tahun 2025, yang merupakan perubahan ketiga atas UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, serta PP Nomor 10 Tahun 2025 mengenai Organisasi dan Tata Kelola Danantara.
Menanggapi hal tersebut, Said Didu menekankan pentingnya memastikan Danantara bebas dari intervensi kekuasaan agar benar-benar menjadi lembaga profesional.
“Idenya (pembentukan Danantara) bagus. Cita-citanya bagus. Intinya adalah bahwa memang BUMN ini harus diisolasi menjadi lembaga profesional yang bebas dari intervensi apa pun, termasuk kekuasaan, politik, dan lain-lain,” ujarnya dalam perbincangan di kanal YouTube Akbar Faizal Uncensored.
Namun, ia menegaskan bahwa agar tujuan tersebut tercapai, Danantara harus menjadi lembaga negara, bukan lembaga pemerintah.
Keberadaan Danantara disebut-sebut mengikuti model yang telah diterapkan di beberapa negara lain, seperti China Investment Corporation (China), Temasek (Singapura), dan Khazanah (Malaysia).
Meski begitu, Said Didu mengingatkan bahwa hingga kini publik belum mengetahui bagaimana tata kelola Danantara akan dijalankan. Saat ini, pemerintah masih menyusun peraturan terkait Danantara, yang menurutnya harus secara jelas mengatur prinsip good governance bagi lembaga tersebut.
“Di PP itu harus jelas sekali good governance yang harus diikuti oleh pengelola Danantara,” ungkapnya.
Ia juga memperingatkan potensi penyusunan PP ini menjadi celah bagi pihak-pihak tertentu untuk memasukkan kepentingan mereka.
“Dan ingat, ‘setan-setan’ sedang bergentayangan untuk masukkan ruang bekerja ‘setan’ di PP itu,” sebutnya.
“Nah di situlah orang-orang Prabowo yang ‘malaikat’ harus menjaga ini (jangan sampai terjadi),” pungkasnya.
(Sumber: Fajar)